"Kurikulum 2013, Antara Realita dan Impian"

TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER MATA KULIAH SOSIOLOGI PENDIDIKAN
“Kurikulum 2013, Antara Realita dan Impian”
Diajukan untuk memenuhi tugas ujian akhir semester mata kuliah Sosiologi Pendidikan
Dosen Pengampu: Asep Mulyana


Ditulis oleh:
Ahmad Rifai
(14121620633)


Tadris IPA Biologi-C/III
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2013

Kurikulum 2013
Sebelum kita membahas mengenai fenomena dalam masyarakat dan pendidikan kita perlu memahami terlebih dahulu apa itu kurikulum 2013. Kurikulum berkembang selaras dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam kajian kurikulum yang perlu diketahui yaitu mengenai konsep-konsepnya. Kurikulum yang baru ini memiliki konsep yang tidak asing sebab dalam kurikulum ini mendorong siswa agar lebih aktif. Konsep yang demikian telah ada beberapa tahun silam yaitu kurikulum Cara Belajar Siswa Aktif atau kurikulum CBSA. Kurikulum 2013 bukanlah suatu yang baru karena setiap perubahan kurikulum adalah penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya. Setidaknya ada tiga konsep dalam kurikulum yang baru ini, konsep-konsep tersebut adalah kurikulum sebagai substansi, kurikulum sebagai sistem, dan kurikulum sebagai bidang studi.
Kurikulum sebagai suatu substansi. Kurikulum merupakan suatu rancangan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran bagi peserta didik. Kurikulum dipandang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat menunjuk kepada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat digambarkan sebagai dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara para penyusun kurikulum dan pemegang kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat. Suatu kurikulum juga dapat mencakup lingkup tertentu, suatu sekolah, suatu kabupaten, propinsi, ataupun seluruh negara. Cakupan inilah yang dapat dikaji dalam sosiologi pendidikan. Hal ini dikarenakancakupan yang luas ini membahas menganai keterkaitan dan hubungan antara pendidikan dan masyarakat (lingkungan).
Kurikulum 2013 sebagai suatu sistem, yaitu sistem kurikulum. Sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun suatu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi dari sistem kurikulum adalah bagaimana memelihara kurikulum agar tetap dinamis. Dalam pembahasannya yang terkait dengan evaluasi dan hasil dimana suatu sistem akan berjalan apabila terjalin komponen-komponen dalam sistem tersebut.
Kurikulum sebagai suatu bidang studi yaitu bidang studi kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum, mempelajari konsep-konsep dasar tentang kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan berbagai kegiatan penelitian dan percobaan, mereka menemukan hal-hal baru yang dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi kurikulum. Dalam hal ini tentu banyak perubahan dalam konsep ini dari kurikulum senelumnya. Hal ini disebabkan karena adanya perkembangan zaman. Suatu perkembangan zaman, sudah menjadi barang tentu adanya perubahan perilaku dan tingkah laku manusia. Dalam hal inilah perlu adanya perubahan konsep disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Pada dasarnya kurikulum ini lebih menekankan pada keaktifan siswa dalam belajar dan pembelajaran. Siswa diharapkan aktif dalam belajar dimana materi suatu pelajaran dapat ditemukan sendiri entah itu dengan menyimpulkan dari sebuah wacana, pengalaman atau realita dan fakta fenomena lingkungan. Pendidikan karakter juga sangat ditekankan karena diharapkan siswa dapat menjadi seseorang yang eiliki karakter yang baik dan berbudi luhur. Dalam hal ini guru diharapkan bisa menstimulus siswa supaya aktif dalam kegiatan belajar. Strategi pembelajaran harus dikuasai oleh seorang guru dalam menyampaikan pelajarannya. Untuk mengembangkan keaktifan dan karakter siswa, pembelajaran tidak harus di dalam kelas, namun bisa juga di luar kelas disesuaikan dengan tema pembelajaran yang disampaikan. Untuk keaktfan siswa dapat dibuat suatu kelompok belajar agar terjalin komunikasi antar satu murid dengan murid lain sengingga terbentuk individu yang komunikatif dan interaktif.

Fenomena dalam Masyarakat
Fenomena atau realita yang terjadi dalam masyarakat atau suatu lingkungan sangatlah berbedan dan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Pendidikan yang ada di indonesia ini belumlah merata dan juga belum menjangkau daerah terpencil. Disini pendidikan sangan dipengaruhi oleh daerah atau lokasi dari tempat belajar itu sendiri. Semakin pelosok suatu tempat semakin minim pendidikan. Suatu pendidikan kadang tidak dapat berjalan dengan mulus. Hal ini disebabkan adanya kesenjangan sosial antara masyarakat. Terlebih, sebelumnya ada suatu pembeda antara sekolah yang mertaraf internasional, nasional dan swasta. Adanya pembedaan ini seolah-olah melambangkan kasta dalam status sosial dan financial dari setiap individu yang mengenyam pendidikan tersebut. Memang kurikulum yang baru ini sangatlah bagus karena bersifat universal atau menyeluruh. Namun kurikulum ini tidak bisa serta merta diterapkan, hal ini disebabkan karena setiap sekolah emiliki fasilitas yang berbeda-beda. Sekolah yang dulunya bertaraf internasional memiliki fasilitas yang sangat mumpuni sehingga kurikulum yang baru ini dapat diterapkan dengan mudah. Namun sekolah yang hanya sekolah berbasis reguler memiliki fasilitas yang berbeda-beda antara sekolah yang satu dengan yang lain sehingga kurikulum ini ada yang sudah bisa diterapkan dan ada pula yang belum bisa diterapkan.
Sebagaimana yang diterangkan sebelumnya, suatu pendidikan di Indonesia ini masih kurang merata. Misalnya pada SDN 3 Dukupuntang, sekolah yang terletak di Kecamatan Dukupuntang kabupaten Cirebon tepatnya di desa Dukupuntang ini sangatlah jauh dari fasilitas yang diharapkan. Dibandingkan dengan sekolah yang terletak tidak jauh dari instansi pemerintah dan akses dari dunia luar, SDN 1 Dukupuntang ini cukup tertinggal. Apa lagi pada sekolah yang lebih terpencillagi, tentunya akan sangat tertinggal.
Kepedulian masyarakat juga sangat menentukan dalam terlaksananya pendidikan. Kebanyakan masyarakat tidak adanya antusias dalam menyongsong pendidikan, apalagi mengenai kurikulum. Kebanyakan masyarakat hanya menyekolahkan anaknya sampai jenjang Sekolah Menengah Atas atau SMA,bahkan ada yang hanya sampai jenjang Sekolah Menengah Pertama atau SMP. Pandangan masyarakat pada pendidikan hanya sekedar Membaca, Menulis dan Berhitung. Diluar itu masyarakat tidak mempersoalkannya, kalaupun memikirkan ilmu lain, kebanyakan diantaranya hanya mengementingkan ilmu agama, dalam hal ini adalah lingkungan pendidikan pondok pesantren dan majlis ta’lim.
Keadaan yang juga memperburuk keadaan yaitu keadaan ekonomi masyarakatat. Kebanyakan penduduk di Desa Dukupuntang ini memiliki matapencaharian sebagai buruh dan petani. Sehingga penghasilan yang didapat pun sedikit, sehingga masyaratak lebih cenderung untuk memperkerjakan anak-anaknya dibandingkan dengan memberinya pendidikan penuh. Sedangkan untuk pendidikan yang memiliki fasilitas yang bagus memiliki “tarif” yang tidak sedikit bahkan sangat banyak. Semakin bagus suatu sekolahan semakin mahal pula biaya yag harus dikeluarkan. Sehingga masyarakat enggan menyekolahkan anaknya, toh tujuan akhir dari pendidikan ini untuk mendapat pekerjaan dan mencari uang. Ditambah lagi banyak fenomena dimana seorang yang lulusan sekolah tinggi sekalipun banyak yang menganggur. Sehingga dalam pemikiran masyarakat bahwa sekolah sekalipun tidak menjamin kesuksesan dalam bekerja.
Sarana dan prasarana sangatlah menunjang bagi pendidikan. Penerapan kurikulum 2013 ini masih diuji coba pada sekolah-sekolah yang memang emiliki sarana prasaran yang memadai. Sehingga proses pembelajaran bisa berlangsung dengan kondusif dan sesuai yang diinginkan. Perbedaan fasilitas dan sarana dalam tiap-tiap sekolah mengakibatkan kemungkinan terjadinya penerapan yang relatif lama terutama bagi sekolah yang berfasilitas minim. Sekolah-sekolah yang diterapkan baru pada sekolah yang terbilang dalam akreditasi A atau bermutu A.
Dari segi pengajar atau pendidik sendiri masih dalam tahap pembimbingan dan pengarahan. Itu pun masih terbatas pada guru-guru pilihan saja. Setiap sekolah yang memiliki akreditasi A, ditunjuk beberapa guru yang kemudoian mengikuti bimbingan dan pengarahan pengajaran kurikulum 2013. Di SDN 3 Dukupuntang masih sangat minim sarana prasarana. Sekolahyang terletak di tengah perkampungan ini hanya memiliki 6 lokal bangunan kelas, satu gudang, wc dan satu ruang guru. Di sekolah ini tidak terdapat perpustakaan sebagai sarana belajar dan infocus (proyektor) sebagai sarana pembelajaran. Dari segi IT pun masih belum memadai. Pengajaran masih manual dengan menggunakan papan tulis hitam dan kapur tulis. Dari segi pengajar sendiri belum adanya guru yangmengikuti bimbingan dalam menyongsong kurikulum 2013. Mengingat sekolah ini hanya mencapai akreditasi B. Sehingga penerapannya pun masih bertahap.
Dari segi matapelajaran sudah mulai mengikuti kurikulum, yaitu dengan meniadakan pelajaran bahasa inggris dan tidak diadakannya ujian bahasa inggris. Namun demikian sistem dari pengajarannya sendiri masih belum menggunakan tema, dimana metode yang demikian itu digunakan pada jenjang pendidikan di universitas dan perguruan tinggi. Pembelajaran yag tematis ini menggunakan tema sebagai materi pemblajaran yang kemudian dapat dikaitkan dengan berbagai macam mata pelajaran sebagai contok matematika, IPA, IPS, pendidikan agama dan mata pelajaran lainnya.
Kurangnya sarana dan prasarana membuat pelaksanaan kurikulum 2013 menjadi terhambat. Dan mengakibatkan simber daya danusia menjadi minim. Sumberdaya manusia yang memiliki kualitas menjadi terpaku pada pekerjaan yang digeluti dan tidak terpacu untuk meningkatkan keilmuan. Hal ini yang menjadi hambatan berkembangnya sumber daya manusia di daerah dukupuntang ini.
Selain kurangnya sumber daya terkait peserta didik dan masyarakat, sumberdaya manusia berupa tenaga ahli pun sangat kurang. Tenaga pengajar di daerah dukupuntang kebanyakan berasal dari desa lain, sedangkan di dukupuntang yang menjadi guru sangat sedikit, dalam satu RT hanya ada tiga orang yang menjadi guru. Sudah selayaknya seorang guru menjadi seorang yang memiliki pengaruh dalam masyarakat sehingga semangat mencari ilmu dalam masyarakat tiggi. Kurangnya kepedulian terhadap keilmuan dan pendidikan mengakibatkan penurunan kualitas sumber daya manusia.
Secara keseluruhan fenomen masyarakat dala menyongsong kurikulum di desa dukupuntang, masyarakatnya bersifat acuh pada persoalan kurikulum dan pendidikan. Kebanyakan dari kalangan masyarakat yang  peduli hanya dari kalangan orang yang memang memiliki pendidikan tinggi dan mengerti akan pentingnya pendidikan bagi anak-anak.
Sekolah-sekolah yang ada di kecamatan dukupuntang masih belum menerapkan kurikulum secara menyeluruh. Hal ini diakibatkan oleh minimnya sarana prasarana yang menunjang pendidikan misalnya perpustakaan, proyektor, buku penunjang dan teknologi informasi dan yang lainnya. Kurangnya tenaga ahli pun menjadi kendala, mengingat belum semua guru mendapat pengarahan dan bimbingan mengajar dari pusat. Sekolah yang da pun kebanyakan masih terakreditasi B sehingga kurikulum tahun 2013 ini masih belum terlaksana  secara maksimal.
Guru dituntut lebih kreatif dalam menggunakan etode pembelajaran dan juga strategi pengajaran. Seorang guru harus mampu memotivasi dan menstimulus siswa-siswinya agar terpacu dalam mencari ilmu. Guru juga harus memiliki kemampuan untuk memberi pengajaran yang interaktif sehingga siswa menjadi aktif. Selain menguasai metode dan strategi, seorang guru juga harus menguasai penggunanan sarana prasarana seperti perpustakaan, proyektor ataupun sarana lain seperti laboratorium dan lapangan. Guru yang demikian bisa dianggap kompeten dalam bidangnya terutama dalam menghadapi kurikulum 2013 ini. Sehingga dapat menghasilkan manusia yang memiliki karakter yang baik dan memiliki kemampuan dan skill yang memadai dalam menghadapi tantangan hidup.
Keterkaitan Antara Pendidikan dan Masyarakat
Masyarakat memiliki peranan yang penting dalam perkembangan pendidikan pada suatu tempat. Pendidikan yang ada dalam masyarakat tidak terlepas dari norma dan nilai yang terkandung dalam adat di daerah tersebut. Masyarakat berperan dalam pendidikan sebagai pendorong peserta didik, karena peserta didik berasal dari masyarakat. Selain itu masyarakat juga memiliki peran dalam kepengawasan atas terlaksananya pendidikan di suatu tempat. Secara tidak langsung masyarakat juga ikut membangun mental dari peserta didik, karena peserta didik juga mendapat pendidikan berupa norma-norma dan nilai-nilai yang terkandung pada adat di suatu tempat tersebut. Pendidikan dan masyarakat juga saling berhubungan satu sama lainnya.
Masyarakat atau sekelompok manusia memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan. Masyarakat merupakan objek yang menjadi tujuan pendidikan masyarakat membutuhkan pendidikan begitu pula sebaliknya, tanpa masyarakat pendidikan tidak akan berjalan dengan baik karena di dalam pendidikan terdapat unsur masyarakat seperti guru, peserta didik dan lain-nya, begitu pula sebaliknya tanpa ada pendidikan masyarakat akan menjadi bodoh dan tidak mempunyai ilmu pengetahuan.  
Kondisi masyarakat sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan begitupun sebaliknya. Masyarakan merupakan objek, sehingga bisa menjadi tolak ukur keberhasilan suatu lembaga pendidikan dengan mengetahui bagaimana kualitas sumber daya manusia yang ada dalam masyarakat itu. Praktek pendidikan pada dasarnya berlangsung dalam kegiatan/interaksi sosial antara pendidik dan peserta didik yang berlangsung dalam suatu lingkungan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Kegiatan interaksi inilah yang memang terjadi dalam masyarakat. Bahkan komponen interaksi ini adalah anggota masyarakat baik itu guru, murid, ataupun staf sekolahan dan lingkungan luar.
Masyarakat di era sekarang ini memang menjadi acuan perubahan kurikulum pendidikan. Karena masyarakat di era ini terlahir dalam kondisi dengan banyaknya teknologi. Sedangkan masyarakat sebelumnya terlahir dalam keadaan kurang dan minimnya teknologi. Sebagai contoh anak-anak yang terlahir sekarang-sekarang ini memiliki kemampuan dalam menggunaan teknologi informasi lebih baik dibandingkan anak-anak yang terlahir pada masa pra-teknologi. Sehingga sangat memungkinkan jika kurikulum 2013 ini diterapkan pada sekolah-sekolah. Meskipun memang banyak tantangan-tantangan yang akan dihadapi baik itu berupa sarana prasarana ataupun komponen masyarakat yaitu guru, murid dan lembaga kepengawasan pendidikan. Sehingga  perlu adanya keterkaitan saling menyokong dari semua komponen masyarakat dan juga sarana prasarana yang ada.
Masyarakat sangtlah membutuhkan pendidikan baik itu dalam bentuk pelayanan pendidikan seperti sekolah bagi anak-anak. Haltersebut dapat terpenuhi dengan adanya lembaga pendidikan yang dalam hal ini adalah sekolahan. Masyarakat membutuhkan pendidikan untuk menyongsong kehidupan yang lebih mapan dan berpendidikan serta untuk menghadapi tantangan kehidupan yang kian berat dari masa ke masa.
Pendidikan Ideal
Sebuah pendidikan dikatakan ideal apabila adanya kelengkapan komponen-komponen dan sarana prasarana serta masyarakat yang mendukung suatu program pendidikan itu sendiri. Guru yang kompeten salah satunya, dimana guru sangat menunjang karena guru haruslah memiliki kemampuan yang memadai. Baik itu dalam penguasaan strategi pembelajaran ataupun metode-metode yang digunakan dalam pembelajaran. Seorang guru atau pendidik mendapat tantangan lebih dalam menghadapi kurikulum yang baru ini. Dimana guru harus menguasai atau memiliki skill dalam hal teknologi dan informasi sehingga pendidikan yang berjalan sesuai kurikulum yang berlaku. Sedangkan kurikulum yang berlaku saat ini haruslah menggunakan kecanggihan informasi dan terkonolgi. Selain itu sistem yang tematis yang memang dirancang adalah sistem yang biasa dipakai pada pendidikan dan pengajaran pada universitas-universitan dan perguruan tinggi.
Pendidikan yang ideal tidak harus terjadi di sekolah. Namun juga bisa di dalam rumah dan dilingkungan masyarakat. Pendidikan di rumah adalah pendidikan yang diberikan oleh orang tua. Dalam pendidikan keluarga, idealnya seorang peserta didik dapat menirukan dan menerima apa-apa yang diajarkan orang tua baik itu dalam segi perilaku atau akhlak budi pekerti, nilai-nilai dan norma-norma serta adat istiadat yang dianut.selanjutnya yaitu pendidikan di sekolah, pendidikan yang ideal disekolah adalah pendidikan yang berlangsung sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Sebagaimana kurikulum tahun 2013 yang dicanangkan pemerintah. Dimana keaktifan siswa-siswi menjadi acuan yang paling diutamakan. Sedangkan kurikulum yang berlaku saat ini haruslah menggunakan kecanggihan informasi dan terkonolgi.selain itu adapula pendidikan dalam masyarakat. Pendidikan dalam masyarakat akan mengajarkan bagaimana cara bersosialisai dengan orang banyak, bagaimana berorganisasi, dan bagaimana ia memanfaatkan pendidikan yang dimiliki dari sekolah dan dari rumah dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam masyarakat idealnya seorang peserta didik dapat mengimplementasikan apa yang ia dapat dari sekolah dan juga ilmu yang didapat dari keluarga.
Secara keseluruhan pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang dapat mencapai tujuan dari pendidikan itu sendiri sebagaimana yang telah dikatakan dalam UU No. 2 tahun 1989 juga ditegaskan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa serta mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, dengan artian bahwa manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, memiliki budi pekerti luhur, memiliki keterampilan dan pengetahuan, kesehatan jasmani dan rohani, memiliki pribadi yang baik, mandiri dan memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan, kebangsaan. Pendidikan yang ideal menciptakan siswa yang kompeten dan memiliki akhlak dan berbudi luhur serta memiliki kemampuan atau skill yang memadai. Simpelnya pendidikan bertujuan menjadikan siswa yang pancasilais. Pendidikan juga bertujuan untuk membentuk karakter seseorang yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Akan tetapi disini pendidikan hanya menekankan pada intelektual saja, dengan bukti bahwa adanya UN sebagai tolak ukur keberhasilan pendidikan tanpa melihat proses pembentukan karakter dan budi pekerti murid atau peserta didik.
Pendidikan yang ideal mampu menyesuaikan keadaan lingkungan dengan kurikulum sehingga pendidikan dapat berjalan dengan kondusif serta dengan fasilitas dan sarana prasarana yang memadai pula. Pendidikan sejauh ini belumlah ideal jika ditinjau dari segi tujuan karena pendidikan belumlah mencapai tujuan yang diharapkan baik itu secara agama atau dilihat dari undang-undang yang berlaku. Selama ini pendidikan hanya menekankan pada prestasi dan nilai saja tanpa ada proses yang sebanding serta tidak adanya pembentukan karakter yang baik. Moral dan akhlak yang bobrok banyak tergambar baik dari bagaimana tingkahlaku sehari-hari, bagaimana kejujuran dalammengerjakan soal dan bagaimana menjalin hubungan dengan masyarakat.

Pendidikan yang ideal menurut hemat penulis yaitu pendidikan yang memandang prestasi bukan dari nilai yang didapat. Tapi dari karya yang dibuat. pendidikan dengan keunggulan karakter. Bukan keunggulan fasilitas belaka. pendidikan yang tidak membanggakan gelar. Namun lebih bangga menggelar karya dan usaha. pendidikan yang mencetak para pembuat lapangan pekerja. Bukan para pencari kerja. pendidikan yang mencetak para pemuda yang produtif, bukan konsumtif. Serta pendidikan yang mencetak manusia yang berketuhanan dan berakhlak terpuji.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wayang Kulit Cirebon: Ganggawati

wayang kulit cirebon : Barata

wayang kulit cirebon: Palasara